Pada tahun 1986, dunia dibuat kaget oleh Alan Moore dan Dave Gibbons. Salah satu mahakarya mereka, Watchmen, menjungkirbalikkan tatanan nilai dalam kaidah-kaidah alam semesta superhero. Watchmen menunjukkan sisi lain dari gemerlapnya dunia para pahlawan, terutama yang paling penting: bahwa mereka juga manusia, dengan segala problematikanya. Pendekatan retrospektif ini rupanya juga ingin dijajal oleh para kreator dari Scroll Down Comics, yang membuat komik bertajuk The Animator.

Scroll Down Comics merupakan sebuah circle kreatif yang berasal dari Bogor. Dikomandoi oleh Ababil Ashari (penulis dan editor) bersama Jaka Prawira dan Karina Chandra (ilustrator), mereka juga telah merilis 2 judul lainnya melalui Line Webtoon dan Tapastic: Entytas dan Cloverlines. The Animator merupakan judul ketiga, yang dirilis pada event PopCon Asia 2016 bersamaan dengan wujud cetak fisik kedua judul pendahulunya.

Nama Scroll Down Comics sendiri ternyata memang terinspirasi dari cara baru mengkonsumsi komik seiring dengan fenomena Webtoon. Meskipun demikian, hingga saat ini mereka tetap berpegang teguh pada filosofi bahwa wujud komik yang paling murni adalah media fisik berbentuk buku. Tidak melulu berfokus pada wujud digital, Scroll Down Comics membuka kesempatan untuk bekerja sama dengan penerbit lain dan atau juga menerbitkan sendiri karya-karya mereka dalam bentuk cetak.

The Animator berfokus pada dua orang adi ksatria: Miss Might (Emma Steele) dan The Animator (Cecilia Chang). Saat mereka dan rekan-rekannya dari United Stated Powered Service (USPS) sedang bertarung melawan Doctor Progress, The Animator terpaksa berhadapan pada pilihan sulit dengan segala konsekuensinya. Benarkah bagian dari sebuah tindak kepahlawanan berarti mengorbankan diri sendiri demi orang banyak, terutama bagi orang yang kita cintai?

Hal pertama yang menarik dari komik ini adalah komikusnya, Azam Raharjo. Ya. Oke. Sip. Para penggemar komik strip Arif dan Imam (hasil kolaborasinya dengan Kasogi Widho Pratomo) akan menikmati gaya visual yang sama sekali berlainan dengan yang biasanya. Masih tampak malu dan canggung, eksperimen Azam dengan genre superhero ini memberikan pengalaman yang berbeda. Selanjutnya, Wednesday Ash selaku penulis cerita mampu mengangkat sebuah cerita berlatar adi ksatria yang tak biasa. Suasana muram durja dan pahit getir yang diciptakan sejak awal terjaga dengan baik hingga akhir cerita.

Tentu saja msih ada yang bisa ditingkatkan dari komik menarik ini. Transisi antar ruang dan waktu – terutama efek masking – bisa jadi membingungkan bagi pembaca yang tak jeli mengamati setting. Terlalu banyak pesan subliminal yang ingin disampaikan (termasuk hubungan antara Cecilia Chang dan Emma Steele, yang rasanya lebih dari sekedar teman biasa) juga membiaskan hirarki pesan yang ingin disampaikan. Wednesday Ash dan Azam masih tampak terlalu berhati-hati merancang konstruksi dramatik komik ini, sehingga melewatkan beberapa momen dramatisasi penting (termasuk fan service). Beberapa hal dalam tata sunting pun rasanya masih bisa diperbaiki, apalagi melihat ada sekian banyak nama yang tercantum sebagai editornya.

Membidik pangsa pasar yang lebih luas, Wednesday Ash sebagai penulis memilih menggunakan bahasa Inggris. Keputusan yang tepat, karena saat artikel ini ditulis, Scroll Down Comics pun sedang bersiap-siap untuk berpartisipasi dalam event Singapore Toys, Games & Comics Convention (STGCC) tanggal 10 – 11 September 2016 dan Indonesia Comic Con pada tanggal 01 – 02 Oktober 2016 mendatang. Dengan tujuan mempermudah akses bagi mereka yang ingin memilikinya, komik The Animator ini pun rencananya akan dijual dalam format digital melalui digital outlet. Psst... konon kabarnya – seperti halnya komik Cloverlines – komik ini pun akan ada lagunya lho!

Judul : The Animator Penulis : Wednesday Ash Komikus : Azam Raharjo Penyunting : KhyatiX, StArt-Faire, Rebel Vampire, Ababil Ashari Produksi : Scroll Down Comics Facebook : facebook.com/scrolldowncomics